Pendaki Gunung Semeru

Gunung Semeru merupakan gunung api tertinggi di Pulau Jawa 3.676 mdpl dan merupakan salah satu gunung api yang masih aktif. Posisi letak gunung semeru berada diantara wilayah administrasi kabupaten Lumajang dan Malang.
Kawah yang terdapat di puncak Gunung Semeru terdiri dari kawah Mahameru yang sudah tidak aktif dan kawah Jonggring Seloko yang masih aktif. Kawah Jonggring Seloko terletak di sebelah tenggara puncak.





Flora dan Fauna Gunung Semeru

Flora yang berada di wilayah gunung semeru dan sekitarnya masuk dalam zona sub Alpin, yang didominasi dengan jenis cemara gunung (Casuarina junghuniana), jamuju (Podocarpus sp), mentigi (Vacinium varingifolium), kemlandingan (Albizia lophanta) dan akasia (Accasia decurents). Untuk tumbuhan bawah didominasi oleh alang-alang (Imperata cylindrica), kirinyuh (Euphatorium odoratum), tembelekan (Lantana camara), harendong (Melastoma malabathicum) dan Edelwiss putih (Anaphalis javanica). Pada lereng-lereng yang curam menuju puncak semeru sekitar daerah Arcopodo terdapat janis paku-pakuan seperti Gleichenia volubilis, Gleichnia longisumus dan beberapa jenis anggrek endemik semeru. Pada ketinggian lebih 3.100 m dpl tanpa vegetasi sama sekali karena berupa batuan, pasir dan abu.

Kehidupan fauna yang disekitar semeru sangat terbatas, baik jenis maupun jumlahnya. Satwa yang terdapat di sekitar gunung semeru diantaranya beberapa jenis burung seperti belibis (Anas superciliosa) dan Elang, primata, dan mamalia, seperti macan kumbang (Panthera pardusi), kijang (Muntiacus muntjak), kancil (Tragulus javanica).

Sejarah Pendaki Gunung Semeru

Pendaki pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet (1838) seorang ahli geologi berkebangsaan Belanda dari sebelah barat daya lewat Widodaren, selanjutnya Junhuhn (1945) seorang ahli botani berkebangsaan Belanda dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Tahun 1911 Van Gogh dan Heim lewat lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui Ranupane dan Ranu Kumbolo seperti sekarang ini.

Perijinan Mendaki Semeru

Semua calon pendaki terlebih dahulu harus mengurus perijinan di kantor TN. Bromo Tengger Semeru. Kewajiban mengurus surat ijin ini dimaksudkan untuk memudahkan monitoring dan pengawasan lalu lintas pendakian serta antisipasi menghubungi pihak organisasi / keluarga pada saat terjadi musibah. Sekarang mulai diterapkan sistem kuota pendakian.

Persyaratan yang wajib dilengkapi oleh setiap calon pendaki sebagai berikut :

Fotocopy identitas diri yang masih berlaku sebanyak 2 lembar
Mengisi Biodata semua peserta pendakian: Nama lengkap, umur, alamat beserta nomor telpon keluarga yang bisa dihubungi.
Surat keterangan sehat dari dokter/ rumah sakit.
Membayar karcis masuk, asuransi dan surat ijin pendakian.
Mengisi buku tamu (nama ketua kelompok, alamat, jumlah pengikut, nomor surat ijin, tanggal naik dan tanggal turun sesuai yang ada di surat ijin)
Mengisi formulir daftar barang bawaan setiap anggota tim.
Situs resmi TN BTS untuk booking online pendakian ke Gunung Semeru akan dimulai pada Mei 2013 yaitu DISINI
Biasanya ijin hanya dikeluarkan sampai pos Kalimati. mengingat aktifitas Semeru yang belakangan ini sulit diprediksi.
Akses Angkutan Pendakian Semeru

Pendakian semeru dapat melalui pintu masuk Tumpang kantor SPTN II (Malang). Pendaki yang menggunakan jasa kerata api, dari Stasiun Kota Baru Malang.

Naik angkot AMG, ADL turun di terminal Arjosari Malang selama 15 menit.
Dari terminal Arjosari (Malang) pendaki dapat naik angkot warna putih jurusan Tumpang-Arjosari (TA) selama 45 menit, turun di terminal pasar tumpang.
Dari pasar tumpang perjalanan dilanjutkan naik jeep / truk engkel ke Ranu Pane selama 2 jam dengan biaya Rp. 30.000,- /orang atau carter Rp 450.000,-/kendaraan. Sebelum sampai Ranu Pane senduro Lumajang.
Jalur Pendakian Semeru

Ranupane – Ranukumbolo

Dari Desa Ranupane  (2.100 m) inilah desa terakhir dan tempat pemeriksaan serta pos untuk melapor bagi para pendaki untuk naik, dan juga terdapat pondok pendaki untuk bermalam dan beristirahat. Desa Ranu Pane merupakan perkampungan kecil yang juga merupakan bagian dari Desa Suku Tengger, pekerjaan mereka pada umumnya bertani sayur-sayuran. Selain terdapat Ranu (danau) Pane, disebelahnya terdapat Ranu Regulo.

Ada 2 jalur yang biasa digunakan, yaitu :

ranukumbolo

Jalur pintas yang biasa dipakai para pendaki lokal, jalur ini sangat curam dengan melintasi Gunung Ayek-ayek. Jalur awal yang akan dilalui landai, menyusuri lereng bukit yang didominasi dengan tumbuhan alang-alang. Tidak ada tanda penunjuk arah jalan, tetapi terdapat tanda ukuran jarak pada setiap 100m, ikuti saja tanda ini. Banyak terdapat pohon tumbang, dan ranting-ranting diatas kepala, sehingga harus sering merundukkan kepala, Jalur ini akan berujung di Ranukumbolo.
Jalur lain yang paling sering digunakan adalah jalur Watu Rejeng. Dengan waktu tempuh 4 -5 jam. Jalur ini sekarang sudah dikembangkan untuk kepentingan wisata, sehingga terkesan lebih mudah dan bersahabat bagi pendaki pemula. Di setiap perjalanan akan ada beberapa Pondok (shelter) yang biasanya digunakan untuk beristirahat sejenak. Setelah berjalan sekitar 5 Km menyusuri lereng bukit yang banyak ditumbuhi Edelweis, para pendaki akan sampai di Watu Rejeng, merupakan terbing terjal dengan pemandangan yang sangat indah ke arah lembah dan bukit-bukit, yang ditumbuhi pohon cemara dan pinus. Sesekali kita dapat melihat kepulan asap dari puncak semeru. Tak berapa lama pendaki akan melihat danau yang sangat luas yaitu Ranukumbolo (12 Ha) dengan ketinggian 2.400 m dpl.

Ranu Kumbolo – Kalimati

tanjakan cinta

Meninggalkan Ranu Kumbolo akan diawali mendaki bukit terjal, bukit ini oleh para pendaki disebut sebagai tanjakan cinta. Menurut mitos yang ada jika pendaki dapat mendaki tanjakan cinta tanpa berhenti sedikitpun sampai ujung tanjakan maka cintanya akan abadi selamanya. Perjalanan dari Ranu Kumbolo ke Kalimati berjarak 5 km membutuhkan waktu tempuh 2-3 jam.
Setelah tanjakan cinta, terbentang sebuah padang rumput luas yang dinamakan oro-oro ombo, Oro-oro ombo dikelilingi bukit dan gunung dengan pemandangan yang sangat indah, padang rumput luas dengan lereng yang ditumbuhi pohon pinus. Padang rumput ini mirip sebuah mangkuk dengan hamparan rumput yang berwarna kekuningan.
Dari balik Gunung. Kepolo tampak puncak Semeru menyemburkan asap menunjukkan kegagahannya. Di sebelah selatan padang rumput Oro-Oro Ombo terdapat kelompok Hutan Cemoro Kandang termasuk dalam gugusan Gunung. Kepolo (3.095 m dpl) merupakan hutan yang ditumbuhi pohon cemara gunung dan tumbuhan paku-pakuan. Setelah cemoro kandang perjalanan berlanjut ke padang rumput luas yang disebut Jambangan yang terletak 3.200 m dpl, di sini terdapat beberapa cemara, mentigi, dan bunga edelweis. Dari temapt ini tak berapa lama lagi pendaki akan menemukan Pos Kalimati.

Nama kalimati berasal dari nama sebuah sungai/kali yang tidak berair. Aliran air hanya terjadi apabila musim hujan, aliran menyatu dengan aliran lahar Semeru. Daerah ini merupakan padang rumput dengan tumbuhan semak dan hamparan edelweis seluas 20 ha, dikelililngi kelompok hutan alam dan bukit-bukit rendah. Kalimati merupakan tempat berkemah para pendaki sebelum melanjutkan pendakian. Disini terdapat fasilitas pondok pendaki, namun untuk kebutuhan air dapat diperoleh dari Sumbermani, yaitu pendaki berjalan ke arah barat / kanan menyusuri pinggiran hutan dengan jarak tempuh 1 jam pulang pergi, di tempat ini terdapat tetesan air dari celah batu yang dikumpulkan sehingga membentuk pancuran air.

Kalimati – Arcopodo – Mahameru

Dari Kalimati biasanya para pendaki memulai pendakian menuju puncak pagi-pagi sekali, yaitu sekitar pukul 2 pagi dengan melalui hutan cemara dan bukit pasir selama 5 -6  jam untuk sampai di puncaknya, dengan keadaan jalan yang terjal menanjak. Dari Kalimati perjalanan melewati Arcopodo yakni sebuah tempat camp terekahir yang biasanya digunakan para pendaki bermalam, ditempat ini konon ditemukan 2 buah arca yang sama makanya disebut arcopodo.


Puncak Semeru yang biasa didaki adalah Puncak “Mahameru”. Dari puncak ini akan terlihat kawah yang disebut “Jonggring Saloko” dan yang uniknya setiap 10-15 menit sekali menyemburkan batuan vulkanis dengan didahului asap yang membumbung tinggi. Di puncak Mahameru (Semeru) pendaki disarankan untuk tidak menuju kawah Jonggring Saloko, juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya gas beracun dan aliran lahar. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 – 10 derajad Celcius, pada puncak musim kemarau minus 0 derajad Celcius, dan dijumpai kristal-kristal es. Di puncak inilah para pendaki menyematkan dirinya sebagai penakluk puncak tertinggi di Jawa 3.676 mdpl.
 

Adventure bersama keluarga ke Bromo

Saat liburan Hari Raya Nyepi kemarin saya dan keluarga berencana camping ke Bromo.kebetulan masyarakan Suku Tengger sedang menjalanin Ibadah Nyepi .


Ditengah perjalanan kita sempat berhenti beberapa kali karena ada acara gelar Ogo-ogo di sepanjang jalan menuju bromo, tepatnya di Kecamatan Wonokitri - Kabupaten Pasuruan. Dinginnya pegunungan Bromo di tambah suasana kabut yang tebal disertai gerimis tak membuat kita gentar melanjutkan touring malam ke Bromo,


terlihat kita sedang memakai jas hujan di perjalannan kita,pesta masyarakat Tengger semakin ramai saat kita sampai di Pendopo Agung di Kec.Wonokitri. Mereka sangat antusia merayakan Hari Raya Nyepi .Beruntunglah kita sudah di sajikan pertunjukan iring-iringan Ogo-ogo yang sanagta langkah ini.

Setelah dua jam lebih bermacat-macatan kita melanjutkan perjalanan kembali yang sudah sedikit lagi sampai di pananjakan, kebetulan kita berangkat dari Pandaan jadi yang kita lewati jalur Nongkojajar ,meski agak terjal perjalanan agak sedikit lebih cepat dari pada lewat jalur malang atau probolinggo.
45 menit dari Pendopo Agung Wonokitri kita akhirnya sampai pananjakan sekitar jam 22.00, tak butuh waktu lama kita langsung dirikan tenda dan masak mie instan .perut sudah tak tahan laparnya di tambah dinginnya suasana Bromo.

Tepat jam 4.30 waktu setempat ,kita bersiap-siap jalan menuju puncak Pananjakan tak jauh dari tempat kita dirikan tenda. 5menit jalan kita sampai di puncak Pananjakan, dan kita pun tak ketinggalan mengabadikan moment berharga ini :




Suasana yang sangat indah membuat kita takan bisa melupakan begitu saja, cuaca yang cerah membuat matahari terbit begitu nampak jelas dan cerah .

Pukul 6.00 ,saatnya packing tenda dan peralatan yang lain .Dan melanjutkan perjalanan turun ke lautan Pasir dan Gunung Bromo. Kebetulan sekali jalur dari Pananjakan ke Lautan Pasir baru selsai di renovasi dan beruntung lagilah kita.setelah 30 menit perjalanan dari Pananjakan kita tiba di lautan pasir. Dan lagi-lagi kita sempatkan mengambil moment foto-foto.


Foto saat mau turun ke Lautan Pasir tepat pukul 6.00 pagi.suasana yang cerah membuat lautan pasir nampak begitu jelas.



Saat tiba di lautan pasir kita berhenti 15menit ,dan merenggangkan mental yang sempat tegang karena melintasi jalan yang begitu curam dari arah pananjakan ke lautan pasir.

Tak lama kemudian kita sampai di parkiran pas di bawah kaki gunung Batok. setelah keluar parkiran kita di sambut suku tengger yang lagi ojek kuda. tak cukup mahal kalau kita bisa tawar ,hanya Rp 25,000 kita sudah bisa nunggang kuda menaikin terjalnya pasir menuju kawah G.Bromo.




Setelah perjalanan menunggangin kuda kurang lebih 15menit ,sampai juga di tangga G.Bromo dan lagi-lagi kita bernarsis-narsis dulu. sambil menunggu kawan yang lain yang jalan kaki dari parkiran .





setelah menunggu 20menit akhirnya anggota berkumpul semua. Dan kita pun melanjutkan pendaki ke Kawah G.Bromo lewat Tangga yang sedang di sediakan.

Ada mitos yang berkembang di tangga Gunung Bromo ini. “Tatkala kamu naik bersama temen lawan jenis atau pacar kamu dan menghitung tangga ini ketika naik dan di akhir tangga hitungannya sama, maka kamu akan jodoh. Namun kebanyakan hasil hitungannya adalah berbeda. Itu sich mitos yang berkembang di sana. Lo aku ya jodoh di tangan yang di atas”.
Ya itu hanyalah mitos.

Setelah bersusah payah menaikin anak tangga yang beratus-ratus akihrnya sampai juga di puncak kawah Bromo.





Dan berakhirlah petualanagn ini di Puncak Bromo. Saatnya turun dan melanjutkan perjalanan pulang .kita pun tak bisa mengambil jalur Wonokitri Nongkojajar, di karenakan hari raya Nyepi dan jalan di tutup. Satu-satunya jalan adalah melewati Probolinggo, Kec.Tongas .Dan membutuhkan waktu 4jam untuk bisa sampai Pandaan-Pasuruan. Meski jauh tapi terbayar semuannya dengan perjalanan malam melewati banyak masyarakat merayakan pesta Ogo-ogo dan Panorama Bromo yang tak bisa terlupakan.


--END--

 

Nasi Aron

jika Anda mengunjungi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, tak lengkap rasanya kalau tidak mencicipi kuliner khas warga Tengger, Nasi Aron. Sebuah hidangan nasi yang terbuat dari Jagung Putih dengan lauk tempe, tahu, kentang dan rebusan daun Ranti serta pelengkap sambal terasi yang pedas. Kadang juga dihidangkan bersama ikan laut. Menu ini terasa sangat cocok dengan udara dingin di kawasan Tengger.

Nasi Aron terbilang kuliner khas warga Tengger yang berada di lereng Gunung Bromo. Namanya memang nasi, tapi bahan dasarnya bukan nasi, melainkan jagung putih yang hanya dapat ditemui di lereng Gunung Bromo. Dibanding nasi biasa, Nasi Aron lebih tahan kenyang dan lebih gurih. Tahan kenyang maksudnya kalau makan sampai kenyang, butuh waktu lama sampai lapar lagi.


Untuk membuat makanan yang kaya akan khasiat ini gampang-gampang susah. Jagung harus dipipil terlebih dahulu, kemudian ditumbuk sampai setengah halus dan direndam dengan air selama kurang lebih empat hari, lalu dijemur hingga kering. Selanjutnya, jagung yang sudah diolah tersebut ditumbuk, disaring, lalu direbus sekitar 30 menit. Kalau tahu cara menyimpannya, Nasi Aron bisa tahan sampai satu minggu.

Biasanya, penyajian Nasi Aron bersama dengan makanan pendamping lain, yaitu sayur daun ranti, tahu, campuran kentang dengan tahu, tempe, dan ikan laut. Tak lupa tambahan sambal terasi yang akan memberikan sensasi ekstra di lidah dan juga menghangatkan badan di tengah udara dingin Bromo.

Selain karena rasanya yang lezat dan khas, Nasi Aron juga diburu karena memang banyak khasiatnya. Campuran Nasi Aron yang gurih dan sayur daun ranti yang pahit mampu menurunkan kolestrol dan mengobati diabetes. Selain itu, paduan Nasi Aron dengan sambal pedas ini bisa menahan lapar hingga berjam-jam. Pas banget buat di Bromo yang berhawa super dingin.

Jika anda suka pedas, nasi aron juga sangat cocok sekali jika dinikmati dengan sambal terasi. Dijamin, rasa pedas akan semakin menggugah selera makan anda di tengah hawa sejuk kampung Tengger. Nasi aron banyak disediakan di warung-warung di sepanjang jalan menuju lokasi wisata gunung Bromo. Harganya pun sangat terjangkau, yakni hanya sekitar 10 ribu rupiah per porsi.
 

Sejarah Suku Tengger

Suku tengger adalah suku yang tinggal disekitar gunung bromo, jawa timur yakni menempatati sebagian wilayah kabupaten pasuruan, kabupaten probolinggo, dan kabupaten malang. Komunitas suku tengger berkisar antara 500 ribu orang yang tersebar di tiga kabupaten tersebut. Masyarakat tengger menjungjung tinggi nilai persamaan, demokrasi, dan kehidupan masyarakat, sosok seorang pemimpin spritual seperti duun lebih disegani dari pada pemimpin administratif.
Suku tengger terbentuk sekitar abad ke sepuluh saat kerajaan majapahit mengalami kemunduran dan saat Islam mulai menyebar. Pada saat itu kerajaan majapahit diserang dari berbagai daerah, sehingga bingung mencari tempat pengungsian. Demikian juga dengan dewa-dewa mulai pergi bersemayam di sekitar gunung bromo, yaitu dilereng gunung pananjakan, di sekitar situ juga tinggal seorang pertapa yang suci. Suatu hari istrinya melahirkan seorang bayi laki-laki yang tampan, wajahnya bercahaya, menampakan kesehatan dan kekuatan yang luar biasa. Untuk itu anak tersebut diberi nama Joko Seger, yang artinya joko yang sehat dan kuat.
Disekitar gunung itu juga lahir bayi perempuan titisan dewa, wajahnya cantik dan elok, waktu dilahirkan bayi itu tidak menangis, diam dan begitu tenang. Sehingga anak tersebut diberi nama Roro Anteng, yang artinya Roro yang tenang dan pendiam. Semakin hari Joko Seger tumbuh menjadi seorang lelaki dewasa begitupun Roro Anteng juga tumbuh menjadi seorang perempuan yang cantik dan baik hati. Roro Anteng telah terpikat pada Joko Seger, namun pada suatu hari ia dipinang oleh seorang Raja yang terkenal sakti, kuat, dan jahat. Sehingga ia tidak berani menolak lamarannya. Kemudian Roro Anteng mengajukan persyaratan pada pelamar itu agar dibuatkan lautan di tengah gunung dalam waktu satu malam. Pelamar itu mengerjakan dengan alat sebuah tempurung kelapa (batok kelapa). Dan pekerjaan itu hampir selesai, melihat kenyataan itu hati Roro Anteng gelisah dan memikirkan cara menggagalkannya, Kemudian Roro Anteng mulai menumbuk padi ditengah malam. Sehingga membangunkan ayam-ayam, ayam-ayam pun mulai berkokok seolah-olah fajar sudah menyingsing. Raja itu marah karena tidak bisa memenuhi permintaan Roro Anteng tepat pada waktunya. Akhirnya batok yang ia gunakan untuk mengeruk pasir tersebut dilemparnya hingga tertelungkup di dekat gunung bromo dan berubah menjadi sebuah gunung yang dinamakan gunung batok. Dengan kegagalan raja tadi akhirnya Roro Anteng menikah dengan Joko Seger. Dan membangun sebuah pemukiman kemudian memerintah dikawasan tengger tersebut dengan nama Purbowasesa Mangkurat Ing Tengger. Yang artinya Penguasa Tengger yang budiman. Nama tengger di ambil dari gabungan akhir suku kata Roro Anteng dan Joko Seger. Tengger juga berarti moral tinggi, simbol perdamaian abadi.
Roro Anteng dan Joko Seger belum juga dikaruniai momongan setelah sekian tahun menikah, maka diputuskan untuk naik kepuncak gunung bromo. Tiba-tiba ada suara gaib menyatakan jika mereka ingin mempunyai anak mereka harus bersemedi agar doa nya terkabul dengan syarat apabila mendapatkan keturunan anak bungsu harus dikorbankan ke kawah gunung bromo. Akhirnya merekapun mendapatkan keturunan 25 orang putra dan putri. Namun Roro Anteng mengingkari janjinya maka terjadilah gunung bromo menyemburkan api, dan anak bungsunya “Kesuma” dijilat api dan masuk ke kawah gunung bromo, kemudian terdengarlah suara gaib, bahwa kesuma telah dikorbankan, dan Hyang Widi telah menyelamatkan seluruh penduduk, maka penduduk harus hidup tentram damai dengan menyembah Hyang Widi, selain penduduk juga di peringatkan bahwa setiap bulan kasada pada hari ke empat belas mengadakan sesaji ke kawah gunung bromo, dan kebiasaan tersebut diikuti sampai sekarang oleh masyarakat tengger dengan mengadakan upacara yang disebut Kesada setiap tahunnya.
 

Matahari Terbit


Siapa yg tidak kenal dengan keindahan jajaran pegunungan Bromo-Tengger-Semeru, keindahannya telah banyak memukau banyak orang baik dalam negeri maupun mancanegara.

Titik pandang di Penanjakan Bromo yg terletak di wilayah Kab. Pasuruan tidak hanya menyajikan keindahan
 

Informasi Jalur Menuju Pananjakan dan Gunung Bromo

Untuk menuju ke Gunung Bromo, anda dapat melalui kecamatan winongan dan belok arah ke kecamatan Pasrepan, setelah pasar Pasrepan lanjut ke arah Kecamatan puspo, sesampai Kecamatan Puspo anda dapat melanjutkan perjalanan ke Kecamatan Tosari yang merupakan kecamatan terakhir di Kabupaten Pasuruan,
 

Suku Tengger

Tengger adalah sebuah suku yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Lumajang, Probolinggo, dan Malang. Suku Tengger merupakan sub suku Jawa menurut sensus BPS tahun 2010.